androidwebDi tengah persaingan smartphone yang ketat ini, Android muncul sebagai sistem operasi open source. Android memasuki pasar Indonesia yang sangat dinamis dengan menggandeng enam vendor sekaligus.
Setahun terakhir ini, pasar smartphone didominasi oleh iPhone dan BlackBerry. Dua handset mutakhir ini telah sukses tampil di pasar kelas atas dan menjadi ikon gaya hidup di Indonesia. Dua handset beda pabrikan ini menawarkan layanan dan aplikasi yang lebih digandrungi oleh konsumen Indonesia. iPhone dan BlackBerry menantang para pemain lama untuk terus berinovasi.
Pasar smartphone di Indonesia mempunyai karakter yang unik. Polanya hampir tak bisa ditebak karena dinamis dan boleh dikatakan sedikit emosional. Konsumen di Indonesia sangat menggandrungi produk-produk yang akrab dengan  sentuhan gaya hidup. BlackBerry  bisa  menjadi contoh yang paling tepat. Kesuksesan BlackBerry di Indonesia disebabkan karena konsumen yang menerimanya sebagai penunjang gaya hidup dan gengsi. Walaupun fungsi optimal BlackBerry untuk kegiatan bisnis, di Indonesia diadopsi secara berbeda. Bukan fungsi teknisnya, tapi lebih pada gaya hidup.
Di tengah situasi ini, Android, sebuah sistem operasi yang dimiliki oleh Google dengan platform yang bersifat open source, menggandeng enam vendor produsen smartphone dan operator untuk menggempur pasar Indonesia. Melihat konsumen Indonesia yang sangat adaptif ini, Android optimistis bisa menggarap pasar Indonesia dan bersaing dengan para pemain lain.
Semua berawal ketika Google membeli Android di tahun 2005. Waktu itu, Google sudah merajai internet di tataran PC. Tapi, dia belum bisa memasuki pasar mobile. Padahal waktu itu, pasar mobile tumbuh dengan cepat. Buktinya, tahun 2007, pengguna mobile phone dua kali lipat lebih banyak daripada pengguna notebook.
Waktu itu, Google hanya bisa memasuki pasar mobile melalui layanan saja—tak  bisa masuk ke mobile dalam bentuk sistem operasi. Sebab itu, dengan menggandeng Android, Google masuk ke pasar mobile dengan sistem open platform. Sistem operasi ini memungkinkan orang bisa melakukan kustomisasi  pada Android sesuai dengan keinginannya, juga dengan menciptakan semua aplikasinya.
Menurut Arief Burhanuddin, penggagas komunitas www.android-indonesia.com, Android berbeda dengan dua pendahulunya, BlackBerry dan iPhone. “Dua pendahulunya ini bersifat lebih tertutup dalam pengembangannya sehingga Android yang bersifat open source bisa saja berkembang lebih pesat,” ujar Arief menjelaskan keunggulan Android.
“Pada tahun 2009, Android sudah masuk ke Indonesia. Tapi, waktu itu, respons masyarakat kurang bagus. Mereka masih merasa asing dengan Android. Pada tahun ini, Android dengan menggandeng Indosat dan enam vendor, yakni HTC, Sony Ericsson, Huawei, LG, Samsung, dan Motorola, melakukan pengenalan di pasar Indonesia lagi,” imbuh dia.
Langkah yang dilakukan oleh Android ini sangat tepat. Dengan menggandeng banyak vendor dan operator seluler, penetrasi ke pasar akan semakin mudah. Arief menambahkan kesadaran merek dari konsumen terhadap Android ini cukup tinggi. Walaupun data penjualannya masih telalu dini untuk diukur, apresiasi konsumen sangat positif  dan popularitas Android pun turut terdongkrak. Buktinya, sejak  Februari lalu, komunitas android-indonesia.com sudah mencapai 1.200 anggota.
Tak hanya itu, melalui multivendor, Android bisa memasuki berbagai segmen pasar di Indonesia. Dari segmen tingkat menengah atas sampai menengah bawah. Sehingga Android bisa lebih memperlebar sayapnya dalam melakukan penguatan merek di pasar smartphone Indonesia. Bahkan, para vendor juga menyediakan harga yang sangat variatif, dari Rp 2 juta sampai Rp 7 juta sehingga bisa dijangkau oleh semua segmen.
Segmen kelas atas didominasi oleh Sony Ericsson XPERIA X10, Google Nexus One, Motorola Milestone, dan HTC Hero untuk harga berkisar Rp 5-6 juta. Sedangkan untuk kelas menengah atas, LG GW620, Samsung I5700 Galaxy Spica, dan Huawei U8220 bertengger dengan harga berkisar Rp 3-3,5 juta. Untuk kelas menengah bawah, dimainkan oleh dua produk lokal, yaitu iMobile IE 6010 dan IMO S900 yang membanderol harga sekitar Rp 2-2,5 juta. Dengan banyaknya basis vendor ini, semakin mudah Android dikenal oleh pasar.
Arief menambahkan yang menjadi kekuatan dari smartphone Android ini  adalah akses ke internet sehingga membutuhkan paket data yang cukup besar. Apalagi konsumen Indonesia sudah menggandrungi internet mobile ini terutama untuk mengakses jejaring sosial, chatting, mengunduh data, dan berselancar di internet. “Android sangat cocok bagi konsumen di Indonesia, bukan melulu karena sistem operasi yang disediakan tapi lebih dari sisi tampilan dan layanan seperti chatting, Facebook, dan browsing karena itulah yang dibutuhkan oleh konsumen di Indonesia,” ujar Arief.
Sementara itu , Usun Pringgodigdo, General Manager Mobile Communication PT LG Electronics Indonesia mengatakan sistem operasi yang paling cocok untuk smartphone adalah sistem operasi yang bersifat open source. Saat ini, Android menjadi open source yang paling bagus untuk digunakan karena dimiliki oleh Google yang sudah menjadi pemimpin pasar di dunia internet. “Ini yang menjadi latar belakang LG untuk menggunakan Android dalam menggarap pasar smartphone,” kata Usun.
LG GW620 sudah dipasarkan di Indonesia sejak Maret lalu . LG GW620 menggunakan sistem operasi Android 1.5,  kombinasi antara layar sentuh dan qwerty, dan dilengkapi dengan kamera 5 megapiksel. Selain menggunakan Android, keunggulan lainnya terletak pada  sisi peranti lunak yang menonjolkan sisi kemudahan akses internet. LG juga melengkapi keunggulannya pada fitur handset. Olehnya, LG Android ini menjadi salah satu handset pilihan konsumen.
Menurut Usun, Android masih baru di Indonesia. Sebagai Vendor, tak efisien apabila  LG sendirian dalam mengimplementasikan strategi marketing Android. Harus ada tiga pihak yang terlibat dan berkolaborasi, yaitu vendor, operator, dan komunitas yang terdiri dari pengguna aplikasi dan pengembang aplikasi. “Itulah yang terjadi di Indonesia.  Vendor yang memproduksi handset harus turut didukung oleh operator seluler yang menyediakan layanan data. Sedangkan komunitas sangat membantu penetrasi pasar dan kesadaran merek karena mereka yang menjadi pengguna awal dari Android ini,” ujar Usun.
LG selalu mengomunikasikan pada konsumen bahwa produknya sangat mudah digunakan. Usun juga mengatakan salah satu strategi LG untuk mengenalkan Android  pada konsumen adalah menciptakan portofolio produk yang banyak sehingga bisa bermain di beberapa segmen. Pada awalnya, memang harus dipicu melalui kepemimpinan produk yang kemudian akan merembet pada kepemimpinan konsumen di mana konsumen akan mengadopsi produk ini. Android mempunyai potensi yang sangat bagus. Sebab itu, ke depannya, LG akan terus mengembangkan potensi platform open source ini.
Di lain pihak, Hioe Ankin, Head Mobile Department PT. Samsung Electronics Indonesia mengatakan hal yang serupa. Android menjadi sistem operasi yang sangat sesuai bagi konsumen Indonesia yang doyan mengakses internet.  Sebab itu, Samsung menggunakan Ansroid sebagai sistem operasi untuk Samsung I5700 Galaxy Spica. Ankin mengatakan,  “Tak ada latar belakang yang sangat spesifik dalam mengembangkan Android. Samsung ingin mengisi semua line-up sistem operasi yang ada yang sebelumnya sudah menggunakan Windows Mobile dan Symbian.”
Sama dengan pemain Android lain, Galaxy Spica baru masuk ke pasar Indonesia dan mendapatkan reaksi pasar yang cukup bagus. Selain menggunakan sistem operasi Andorid 1.5, Galaxy Spica juga mempunyai kelengkapan media dan bermain di fitur layar sentuh. Tak ayal lagi Samsung Galaxy Spica cukup digemari oleh konsumen.
Ke depannya, Samsung menargetkan penjualan lebih dari 20 ribu unit per bulan. Sebab itu, perusahaan elektronik dari Negeri Ginseng ini sangat gencar melakukan promosi baik dengan iklan di media massa maupun menggelar kegiatan dan tur bisnis ke beberapa kota. Di tengah konsumen yang sedang dilanda demam BlackBerry, Ankin mengatakan munculnya Android, pasar akan semakin ramai. Android bisa menjadi penantang baru di industri smartphone.


EmoticonEmoticon